Purnomo mengatakan pembelian enam unit Sukhoi tersebut untuk menggenapi 10 Sukhoi yang ada hingga menjadi satu skuadron. "Untuk penambahan jadi satu full squadron, satu squadron itu 16," katanya. Mengenai missil untuk melengkapi Sukhoi tersebut, kata Purnomo, bisa dibeli secara terpisah. "Jadi kalau kita kontrak dengan Sukhoi yang penting dia ada raknya (slot untuk membawa missil)," katanya.
http://sakti17.blogspot.com/hg/po…281243,id.html
Sejak 1945 dulu, garis besar kebijakan luar negeri NKRI itu sangat jelas, bebas-aktif, tidak terlalu berat sebelah dengan berpihak pada kekuatan Superpower tertentu saja. Azas keseimbangan hubungan yang adil dan saling menghormati, bukan main tekan dan ancam, adalah azas utama politik luar negeri Indonesia sejak Sukarno dulu. Lihat dulu Sukarno, dia akrab dengan Mao Tse Tung dari China Komunis, tapi dia juga bisa guyonan dengan John F Kennedy yang Presiden AS. Dia juga akrab dengan Rusia saat Barat coba menekan RI di tahun 1960-an, sehingga waktu itu hanya dengan modal kredit export dari Uni-Sovyet sebesar US 2 miliar, militer Indonesia menjelma menjadi sebuah kekuatan militer terkuat di Asia akibat dipersenjati Rusia.
Hasilnya? Sukarno bisa memaksa Belanda untuk menyerahkan Irian Barat (sejak era Gus Dur namanya digantinya dengan sebutan "Papua"). Coba sekarang berfikir seperti Sukarno dulu, hanya dengan duit US$ 2 miliar, kita langsung disegani lawan karena senjata kita sangat kuat. Kalau ditanya, uang segitu besarnya pada masa itu, apa tak mubazir dibelikan senjata semuanya? Jawabnya … ya tidaklah yau! Beli senjata Rusia senilai US$ 2 miliar, hasilnya Papua masuk NKRI. Sekarang harga Papua itu ‘berapa’ miliar dollar? Maka kalau sekarang Pemerintah kita berani utang berupa kredit export dari RUSIA lagi (yang duitnya banyak saat ini), katakanlah sekitar US$ 20 milar saja, lalu diborongkan persejataan canggih buatan Rusia yang se taraf degan sejata armada ke VII AS atau setaraf dengan kekuatan negara-negara Persemakmuran di sekeliling kita (Aussi, Singapore, Malaysia, Brunei) dan Filipina yang sangat pro-AS itu … bahwa dengan duit segitu seluruh kepulauan kita dari Sabang sampai Merauke akan tetap terjaga aman, dan TNI tetap kokoh serta merasa bisa yakin mempertahankan dengan pedenya, tentu saja secara ekonomi … duit sebesar US$ 20 miliar itu cin cai saja nilainya, bukan?
Saya juga menyarankan ke Pemerintahan SBY atau penggantinya yad, jangan dibelikan merk Eropa dan AS saja alutsista kita itu, sangat rawan di embargo kalau kita bersitegang dengan kelompok mereka. Persenjataan dari Rusia dan China, adalah alternatif pilihan yang agak aman dari embargo kalau terjadi krisis. Ingat saja pengalaman punya F-16 di masa lalu atau pesawat-pesawat tempur buatan Inggris, yang di embargo AS dan Inggris hanya gara-gara pesawat itu dipakai oleh TNI untuk operasi militer, tapi sasarannya tak di ridhoi pihak AS dan Inggris. Aneh, bukan?
Begitu juga dengan pembelian pesawat sipil, jangan hanya bergantung dengan pabrik Boeing dan Airbus semata. Kenapa maskapai sipil kita tak mencari sumber alternatif seperti ke pabrik pesawat di Rusia itu? Toh pembiayaannya mudah dan murah, apalagi kalau pandai-pandai memanfaatkan sumber kredit export dari Bank-bank Rusia yang saat ini kebanjiran Euro dan US$ itu dan mereka bingung menyalurkannya di tengah krisis ekonomi saat ini. Itu semuanya untuk menjadikan kita tidak bergantung pada satu pilihan tehnologi dan satu negara saja, yang juga rawan sewaktu-waktu mereka boikot!
19 Responses to “SBY Dekati Presiden Rusia, Tingkatkan Kerjasama “Serba-bidang” Indonesia-Rusia”
JAYALAH INDONESIA TANAH AIR KU
1. Rusia
2. China
3. Iran
4. India
5. Jerman
cukup itu saja negara yang bisa memakmurkan RI apalagi di bidang Alitsista bagi TNI …